FRAKTUR
Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan
jenisnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
dapat di absorbsinya (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. (Price,
2006 : 1365).
Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau
patologis. Pada keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis,
tulang menjadi lebih lemah. Dalam keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan
menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 : 144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat,
2005 : 840).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi
akibat truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah
pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita jatuh dalam syok (FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang
rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik).
Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat
direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik
maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh
Internal Fixation).
Fraktur
tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur
terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan
pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya
melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk
mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang
solid terjadi.
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur
adalah terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal
atau patologis.
Epidemologi
Kecelakaan
lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini.
Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang
di negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan
lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit
jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003,
jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai
9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan.
Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah
kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban
mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang.
Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari
sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal
903 orang.
Trauma yang
paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur
terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan
dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak
berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui
dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai
perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang
dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang
bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Selain itu,
ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan
sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur
vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan
bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur,
fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki
insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3
tengah. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)
Etiologi
Menurut
Barbara C Long (1996)
1)
Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2)
Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
3)
Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan
oleh melelehnya struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat
disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor,
ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses
penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat
keganasan.
Menurut
Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
- Kekerasan
langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
- Kekerasan
tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
- Kekerasan
akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot
sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan,
penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Tanda Dan Gejala
1)
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2)
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas
dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya obat.
3)
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5
cm
4)
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
5)
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.
6)
Peningkatan temperatur lokal
7)
Pergerakan abnormal
8)
Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
9)
Kehilangan fungsi
Klasifikasi
Penampakan
fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
- Berdasarkan
sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a)
Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
b)
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
- Berdasarkan
komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
a)
Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b)
Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
- Hair
Line Fraktur (patah retidak rambut)
- Buckle
atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi
tulang spongiosa di bawahnya.
- Green Stick
Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang.
- Berdasarkan
bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.
a)
Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
b)
Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
c)
Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d)
Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e)
Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
- Berdasarkan
jumlah garis patah.
a)
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b)
Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c)
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
- Berdasarkan
pergeseran fragmen tulang.
a)
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b)
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
- Dislokasi
ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping).
- Dislokasi
ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
- Dislokasi
ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
- Berdasarkan
posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a)
1/3 proksimal
b)
1/3 medial
c)
1/3 distal
- Fraktur
Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a)
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b)
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c)
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
d)
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
2.6.
Patofisiologi
Patah tulang
biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil,
atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan
menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang
patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
(Oswari, 2000: 147)
Fraktur
dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan
di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu
tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah
putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat
patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang
baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi
pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat
anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002:
2287)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada
pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang
patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas
tulang agak cepat. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak,
iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang
perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi
terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup,
pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu
sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak
mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama
tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan
sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002:
2304)
0 komentar:
Post a Comment