Tuesday, August 23, 2016

OSTEOMIELITIS - PENYAKIT TULANG-

OSTEOMIELITIS
PENDAHULUAN
Osteomielitis adalah peradangan sumsum tulang dan jaringan tulang di sekitarnya yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pathogen (yang dapat menyebabkan penyakit), umumnya oleh jenis Staphylococcus. Bakteri biasanya mencapai tulang secara langsung melalui luka terbuka namun dapat pula secara hematogen (penyebaran melalui peredaran darah). Osteomielitis hematogen lebih banyak pada anak.
Penyakit ini disebut akut jika berlangsung kurang dari 3 bulan. Jika lebih dari 3 bulan disebut kronik. Beberapa orang memasukkan kategori ketiga, subakut, dimana infeksi telah berlangsung lebih dari 3 bulan namun belum mengalami nekrosis (kematian sel) tulang yang ekstensif. Pada anak, osteomielitis umumnya muncul dalam bentuk akut sedangkan pada orang dewasa biasanya kronik, dimana penyakit berlangsung selama beberapa bulan sampai tahunan. Tulang panjang lebih sering terkena osteomielitis dibandingkan dengan tulang lainnya.
Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Semua usia dapat terkena namun umumnya anak-anak usia sekolah dan orang yang berumur lebih dari 50 tahun lebih rentan terkena osteomielitis. Penyakit yang biasanya mendahului ialah tonsillitis (radang pada bagian tonsil di tenggorokan), infeksi telinga, infeksi tali pusat pada bayi. Faktor hygiene yang buruk meningkatkan resiko infeksi pada tulang. Benturan pada tulang menyebabkan luka terbuka yang menjadi jalan masuk bagi kuman.
A.LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS
1.DEFINISI
Osteomielitis
I
Osteomielitis adalah infeksi tulang.
Infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (m, Tuberkulosa, jamur). ( kapita Selekta kedokteran, P 358. Jakarta. 2000 ).
Infeksi tulang dengan menghasilkan nanah yang dapat menjadi akut / kronis, menyerang dari satu lokasi saja (umumnya) tetapi tidak dapat menyebar melalui sumsum tulang dan membran yang melindungi tulang. ( Diseases Dr. Robert Coopai. Jakarta 1996 )
Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
 Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjangv yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
 Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).v
 Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)v
 Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjangv yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain.
2.ETIOLOGI
Osteomielitis terjadi sebagai invasi langsung ke dalam jaringan tulang dari luka yang terbuka, fraktura tulang atau sebagai infeksi sekunder. Pada infeksi pada organ – organ tubuh yang jauh dari tulang misalnya : radang tenggorokan karena streptokokkus atau pneomonia bakterial. phatogen utama adalah:
 staphylococcus aureus,v
 Eschericia coli,v
 Streptococcus phygenus danv
 Basilus tuberculosa.v
 Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)v dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
 Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringanv lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.
 Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yangv nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:
 Aliran darahØ
 Penyebaran langsungØ
 Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.Ø
3.MANIFESTASI KLINIS
 Panas tinggi, anoreksia, malaise ( adanya prpses septikemi ).Ø
 Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggotaØ bersangkutan, pembengkakan lokal (tanda-tanda radang akut : rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi larsa) dan nyeri tekan.
 Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena nanah dan bengkak.Ø
 LAB : leokositosis, anemia, LED meningkat.Ø
4.KLASIFIKASI
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
 Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.à1. Osteomyelitis Primer
 Adalah kuman-kuman mencapai tulang melaluià2. Osteomyelitis Sekunder  aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
 Nyeri daerah lesiv
 Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regionalv
 Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada lukav
 Pembengkakan lokalv
 Kemerahanv
 Suhu raba hangatv
 Gangguan fungsiv
 Lab = anemia, leukositosisv
b. Osteomyelitis kronis
 Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeriv
 Gejala-gejala umum tidak adav
 Gangguan fungsi kadang-kadang kontrakturv
 Lab = LED meningkatv
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
Staphylococcus (orang dewasa), Streplococcus (anak-anak), Pneumococcus dan Gonococcus.
5.PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
6.KOMPLIKASI
a. Dini
– Mati oleh karena septisemia.
– Abses ditampat lain oleh karena penyebarab infeksi, misalnya abese otak, paru-paru, hepan, dll.
b. Lanjut
– Osteomilitis kronis.
– Kontraktur sendi.
– Gangguan pertumbuhan.
7.PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan darahv
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
 Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcusv
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
 Pemeriksaan fesesv
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
 Pemeriksaan Biopsi tulang.v
 Pemeriksaan ultra soundv
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
 Pemeriksaan radiologisv
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
8.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan sinar X : menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, pdv osteomilitis kronik terlihat peningkatan periosteum, sequestra dan pembentukan tlg.
 Pada sekitar 2 mg tdp daerah dekalsifikasi ireguler,v
 nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, pembentukan tulang baruv
 Pemeriksaan darah : peningkatan leukosit, peningkatan LEDv
 Kultur darah : menentukan jenis antibiotik yg sesuai.v
9.PENATALAKSANAAN MEDIS
 Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangiØ ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
 Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,Ø Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
 Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapiØ antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
 Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika,Ø tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
 Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadapØ debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
 Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atauØ dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
 Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselusØ untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
 Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkanØ penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
10.PENCEGAHAN
 Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksiv fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
 Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringanv yang memadai saat pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.
B.ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOMIELITIS
1.PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Identitas pasien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, suku, alamat, tanggal dan jam masuk rumah sakit, no register, serta identitas yang bertanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien osteomilitis ditandai dengan nyeri konstan pada salah satu tulang, panas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya pasien osteomilitis sering mengalami nyeri pada daerah kaki, panas badan.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mempunyai riwayat tertentu seperti : infeksi, batuk, TB paru.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien mempunyai keturunan dari keluarganya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup Sehat
Meliputi kebiasaan merokok, menggunakan alkohol, kebiasaan berolahraga.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Biasanya pasien tidak nafsu makan, fluktuasi berat badan.
c. Pola Eliminasi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan pada eliminasi … dan urinnya.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya pasien mengalami gangguan waktu tidur dikarenakan nyeri dan suhu badan yang meningkat.
e. Pola Aktivitas dan Latihan
Biasanya pasien mengalami gangguan pada pola aktivitas dan latihannya.
f. Pola Persepsi Pola dan Konsep Diri
Pasien dengan osteomilitis merasa malu akan penyakitnya.
Pola Reproduksi Sosial
Biasanya penyakit pasien tidak mempengaruhi pada pola reproduksi seksual.
g. Pola Sensori dan Kognitif
Pasien tidak ada gangguan pada kelima panca indranya, dan biasanya kognitif pasien baik.
h. Pola Hubungan Peran
Biasanya pasien dapat berinteraksi dengan baik terhadap keluarga dan lingkungan sekitarnya.
i. Pola Penanggulangan Stress
Pasien dalam penanggulangan stress biasanya dapat diatasi dan dapat memecahan masalah.
j. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran pasien composmentis, suhu, nadi, pernafasan normal, keadaan penyakit pasien akut.
b. Kepala
Pasein tidak ada benjolan, pada mata tidak ada oedema.
c. Thorax
Bentuk thorax px osteomilitis normal / simetris.
d. Jantung
Didapatkan suara 1 dan 2 tunggal.
e. Abdomen
Pasien tidak ada pembesaran limpha atau hati.
f. Ekstrimitas
Pasien akral hangat, ada nyeri waktu berjalan.
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi dan drainase.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi
3. Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh
3.INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi dan drainase
Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria :
– Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya
– Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup
– Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana
Intervensi :
– Pantau tingkat nyeri pada punggung, terlokalisisr atau nyeri menyebar pada abdomen atau pinggang
R/ Tulang dalam peningkatan jumlah trabekuler, pembatasan gerak spinal.
– Ajarkan pada klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.
R/ Laternatif lain untuk mengatasi nyeri pengaturan posisi, kompres hangat dan sebagainya.
– Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri
R/ Keyakinan klien tidak dapat mentolelir akanb obat yang adequaty atau tidak adequat untuk mengatasi nyerinya.
– Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adequat dengan berbaring dengan posisi terlentang selam kurang lebih 15 menit
R/ Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari-hari.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik.
Kriteria :
– Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik
– Klien mampu melakukan ADL secara independent
Intervensi :
– Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada
R/ Dasar untuk memberikan alternatif dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya.
– Rencanakan tentang pemberian program latihan :
¤ bantu klien jika diperlukan latihan
¤ ajarkan klien tentang ADL yang bisa dikerjakan,
¤ ajarkan pentingnya latihan
R/ Latihan akan meningkatkan pergrakan otot dan stimulasi sirkulasi darah.
– Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan ADL, rencana okupasi
R/ ADL secara independent
– Peningkatan latihan fisik secara adequat :
– Dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalan
– Instruksikan klien latihan selama kurang lebi 30 menit dan selingi dengan isitirahat dengan berbaring selam 15 menit
– Hindari latihan fleksi, membungkuk dengan tiba-tiba dan mengangkat beban berat
R/Dengan latihan fisik :
¤ Massa otot lebih besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosis
¤ Program latihan merangsang pembentukan tulang
¤ Gerakan menibulkan kompresi vertikal dan risiko fraktur vertebrae
3.Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan ketidakseimbangan tubuh
Tujuan :
Injury (cedera) tidak terjadi
Kriteria :
– Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi
– Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur
Intervensi :
– Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya :
¤ Tempatkan klien pada tetmpat tidur rendah
¤ Amati lantai yang membahayakan klien
¤ Berikanpenerangan yang cukup
¤ Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk diobservasi
¤ Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman di ruangan
R/ Menciptkan lingkungan yang aman danmengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
– Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan :
¤ Kaji kebutuhan untuk berjalan
¤ Konsultasi dengan ahli terapis
¤ Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan
¤ Ajarkan klien waktu berjalan dan keluarg ruangan
R/ Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.
– Bantu klien untuk melakukan ADL secara hati-hati
R/ Penarikan yang terlaluk keras akanmenyebakan terjadinya fraktur.
– Ajarkan pad aklien untuk berhenti secara pelan-pelan, tidak naik tangga dan mengangkat beba berat
R/ Pergerakan yang cepat akan lebih mudah terjadinya fraktur kompresi vertebrae pada klien dengan osteoporosis
– Ajarkan pentingnya diit untuk mencegah osteoporosis :
¤ Rujuk klien pada ahli gizi
¤ Ajarkan diit yang mengandung banyak kalsium
¤ Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau kopi,
R/ Diit calsium dibutuhkan untuk mempertahnkan kalsium dalm serum, mencegah bertambahnya akehilangan tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan kehilangan kalsium dalam urine. Alkohorl akan meningkatkan asioddosis yang meningkatkan resorpsi tulang.
– Ajarkan efek dari rokok terhadap pemulihan tulang
R/ Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis
– Observasi efek samping dari obat-obtan yang digunakan
R/ Obat-obatan seperti deuritik, phenotiazin dapat menyebabkan dizzines, drowsiness dan weaknes yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.
4.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1. Mengalami peredaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
c. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas isik
a. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan~diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali non nal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
DAFTAR PUSTAKA
 Buku Ajar keperawatan Gangguan Sistem Muskulus Skeletal (Pendidikanv Ahli Madya Keperawatan Banjarbaru). Disusun oleh Agus Rahmadi.A,Kep. Banjarbaru, 1993.
 Lukman,nurna ningsih.ASUHAN KEPERAWATAN dengan GANGGUAN SISTEEM MUSKULUSKELETAL.Salemba Medika.Jakarta:2009v
 Diseases (Penyakit) Dr.Robert B. Copper. Editor Dr. drh Mangku Sitepu. Buku edisi pertama. Grasindo. Gramedia Jakarta. 1996.v
 Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Editor Arif Mansyur, dkk. Media Aesculapius. FKUI. Jakarta. 2000.v
 Standar Keperawatan pasien. Edisi V. Susan Martin, Tucher. EGC. Jakarta 1992.v

 De jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC, 2003.v

0 komentar:

Post a Comment